Manusia dan Cinta Kasih
Cinta Kasih
Menurut kamus
umum bahasa Indonesia karya W.J.S. Poerwadarminta, cinta adalah rasa sangat
suka (kepada) atau (rasa) sayang (kepada), ataupun (rasa) sangat kasih atau
sangat tertarik hatinya. Sedangkan kata kasih artinya perasaan sayang atau
cinta kepada atau menaruh belas kasihan. Dengan demikian arti cinta dan kasih
hampir bersamaan, sehingga kata kasih memperkuat rasa cinta, Karena itu cinta
kasih dapat diartikan sebagai perasaan suka (sayang) kepada seseorang yang
disertai dengan menaruh belas kasihan.
Walaupun cinta
kasih mengandung arti hampir bersamaan, namun terdapat perbedaan juga antara
keduanya. Cinta lebih mengandung pengertian mendalamnya rasa, sedangkan kasih
lebih keluarnya; dengan kata lain bersumber dari cinta yang mendalam itulah
kasih dapat diwujudkan secara nyata.
Cinta memegang
peranan yang penting dalam kehidupan manusia, sebab cinta merupakan landasan
dalam kehidupan perkawinan, pembentukan keluarga dan pemeliharaan anak,
hubungan yang erat dimasyarakat dan hubungan manusiawi yang akrab. Demikian
pula cinta adalah pengikat yang kokoh antara manusia dengan Tuhannya sehingga
manusia menyembah Tuhan dengan ikhlas, mengikuti perintah-Nya, dan berpegang
teguh pada syariat-Nya.
Dalam bukunya
seni mencinta, Erich Fromm menyebutkan, bahwa cinta itu terutama memberi, bukan
menerima. Dan memberi merupakan ungkapan yang paling tinggi dari kemampuan.
Yang paling penting dalam memberi ialah hal-hal yang sifatnya manusiawi, bukan
materi. Cinta selalu menyatakan unsur-unsur dasar tertentu, yaitu pengasuhan,
tanggung jawab, pernatian dan pengenalan. Pada pengasuhan contoh yang paling
menonjol adalah cinta seorang ibu pada anaknya: bagaimana seorang ibu dengan
rasa cinta kasihnya mangasuh anaknya dengan sepenuh hati. Sedang dengan
tanggungjawab dalam arti benar adalah sesuatu tindakan yang sama sekali suka
rela yang dalam kasus hubungan ibu dan anak bayinya menunjukkan penyelenggaraan
atas hubungan fisiko Unsur yang ketiga adalah perhatian yang berarti
memperhatikan bahwa pribadi lain itu hendaknya berkembang dan membuka diri sebagaimana
adanya. Yang ke empat adalah pengenalan yang merupakan keinginan untuk
mengetahui rahasia manusia. Dengan ke empat unsur tersebut, yaitu pengasuhan,
tanggung jawab, perhatian dan pengenalan, suatu cinta dapat dibina secara lebih
baik.
Pengertian
tentang cinta dikemukakan juga oleh Dr Sarlito W. Sarwono. Dikatakannya bahwa
cinta memilikki tiga unsur yaitu keterikatan, keintiman, dan kemesraan. Yang
dimaksud dengan keterikatan adalah adanya perasaan untuk hanya bersama dia,
segala prioritas untuk dia, tidak mau pergi dengan orang lain kecuali dengan
dia. Kalau janji dengan dia hams ditepati, ada uang sedikit beli oleh-oleh
untuk dia. Unsur yang kedua adalah keintiman, yaitu adanya kebiasaan-kebiasaan
dan tingkah laku yang menunjukkan bahwa antara anda dengan dia sudah tidak ada
jarak lagi. Panggilan-panggilan formal seperti bapak, Ibu, saudara digantikan
dengan sekedar memanggil nama atau sebutan: sayang dan sebagainya. Makan minum
dari satu piring-cangkir tanpa rasa risi, pinjam meminjam baju, saling memakai
uang tanpa rasa berhutang, tidak saling menyimpan rahasia dan lain-Iainnya.
Unsur yang
ketiga adalah kemesraan, yaitu adanya rasa ingin membelai atau dibelai, rasa
kangen kalau jauh atau lama tidak bertemu, adanya ucapan-ucapan yang
mcngungkapkan rasa sayang, dan seterusnya . Selanjutnya Dr. Sarlito W.
Sarwono mcngemukakan, bahwa tidak semua unsur cinta itu sama kuatnya.
Kadang-kadang ada yang keterikatannya sangat kuat, tetapi keintiman atau
kemesraannya kurang.
Cinta seperti
itu mengandung kesetiaan yang amat kuat, kecemburuannya besar, tetapi dirasakan
oleh pasangannya sebagai dingin atau hambar, karena tidak ada kehangatan yang
ditimbulkan kemesraan atau keintiman. Misalnya cinta sahabat karib atau saudara
sekandung yang penuh dengan keakraban, tetapi tidak ada gejolak-gejolak mesra
dan orang yang bersangkutan masih lebih setia kepada hal-hal lain dari pada
partnernya. Cinta juga dapat diwarnai dengan kemesraan yang sangat menggejolak,
tetapi unsur keintiman dan keterikatannya yang kurang.
Lebih berat
lagi bila salah satu unsur cinta itu tidak ada, sehingga tidak terbentuk
segitiga, cinta yang demikian itu tidak sempuma, dan dapat disebutkan bukan
cinta.
Selain
pengertian yang dikemukakan oleh Sarlito, lain halnya pengertian cinta yang
dikernukakan oleh Dr. Abdullah Nasih Ulwan,dalam bukunya manajemen cinta. Cinta
adalah perasaan jiwa dan gejolak hati yang mendorong seseorang untuk mencintai
kekasihnya dengan penuh gairah, lembut, dan kasih sayang. Cinta adalah fitrah
manusia yang murni, yang tak dapat terpisahkan dengan kehidupannya. Ia selalu
dibutuhkan. Jika seseorang ingin menikmatinya dengan cara yang terhormat dan
mulia, sud dan penuh taqwa, tentu ia akan mempergunakan cinta itu untuk
mencapai keinginannya yang suci dan mulia pula.
Didalam kitab Suci
Alqur'an, ditemui adanya fenomena cinta yang bersembunyi di dalam jiwa manusia.
Cinta memiliki tiga tingkatan-tingkatan : tinggi, menengah dan rendah.
Tingkatan cinta tersebut diatas adalah berdasarkan firman Alloh dalam surah
At-Taubah ayat 24 yang artinya sebagai berikut :
“ katakanlah:jika bapak-bapak, anak-anak, saudara-saudara, istri-istri keluargamu, harta kekayaan yang kamu usahakan, perniagaan yang kamu khatirkan kerugiannya, dan rumah-rumah tempat tinggal yang kamu sukai; adalah lebih kamu cintai dari pada Allah dan Rasul-Nya dan berjihad di jalanNya, maka tunggulah sampai Allah rnendatangkan keputusanNya. Dan Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang fasik.”
Cinta tingkat
tertinggi adalah cinta kepada Allah, Rasulullah dan berjihad di jalan Allah.
Cinta tingkat menengah adalah cinta kepada orang tua, anak, saudara,
istri/suami dan kerabat. Cinta tingkat terendah adalah cinta yang lebih
mengutamakan cinta keluarga, kerabat, harta dan tempat tinggal.
Bagi setiap orang Islam yang bertakwa, sudah menjadi keharusan bahwa cinta kepada Allah, pada Rasulullah, dan berjihad di jalan Allah, adalah merupakan cinta yang tidak ada duanya. Hal ini merupakan konsekwensi iman dan merupakan keharusan dalam Islam. Bahkan itu pendorong utama di dalam menunjang tinggi agama. Tak diragukan lagi, bahwa seorang yang telah merasakan kelezatan iman di dalam hatinya, ia akan mencurahkan segala cintanya hanya kepada Tuhan. Karena ia telah meyakini bahwa dzat Tuhanlah yang maha sempuma, maha indah dan maha agung. Tak ada satupun selain dia yang memiliki kesempumaan sifat-sifat tersebut. Maka dengan ketulusan iman yang sejati itulah yang harus diikuti karena dialah yang maha tinggi, maha sempurma dan maha agung.
Bagi setiap orang Islam yang bertakwa, sudah menjadi keharusan bahwa cinta kepada Allah, pada Rasulullah, dan berjihad di jalan Allah, adalah merupakan cinta yang tidak ada duanya. Hal ini merupakan konsekwensi iman dan merupakan keharusan dalam Islam. Bahkan itu pendorong utama di dalam menunjang tinggi agama. Tak diragukan lagi, bahwa seorang yang telah merasakan kelezatan iman di dalam hatinya, ia akan mencurahkan segala cintanya hanya kepada Tuhan. Karena ia telah meyakini bahwa dzat Tuhanlah yang maha sempuma, maha indah dan maha agung. Tak ada satupun selain dia yang memiliki kesempumaan sifat-sifat tersebut. Maka dengan ketulusan iman yang sejati itulah yang harus diikuti karena dialah yang maha tinggi, maha sempurma dan maha agung.
Hakekat cinta
menengah adalah suatu energi yang datang dari perasaan hati dan jiwa. Ia timbul
dari perasaan seseorang yang dicintainya, aqidah, keluarga, kekerabatan, atau
persahabatan. Karenanya hubungan cinta, kasih sayang dan kesetiaan diantara
mereka, semakin akrab.
Berangkat dari
perasaan lembut yang ditanamkan oleh Tuhan dalam hati dan jiwa seseorang
inilah, akan terbentuk perasaan kasih sayang dan einta dari seseorang terhadap
orang lain: seorang anak terhadap orang tuanya, orang tua terhadap
anak-anaknya, seorang suami terhadap istrinya atau sebaliknya istri terhadap
suaminya, einta seseorang terhadap sanak saudara dan familinya, einta seseorang
terhadap sahabatnya, atau seorang penduduk pada tanah airnya.
Adapun
pengaruh yang ditimbulkan oleh cinta menengah ini akan nampakjelas hasilnya.
Jika bukan disebabkan perasaan kasih sayang yang ditanamkan oleh Tuhan dalam
hati, sepasang suami istri, tentu tidak akan terbentuk suatu keluarga, tak akan
ada keturunan, tak akan ada keturunan, tak akan terwujud asuhan, bimbingan, dan
pendidikan ternadap anak. Cinta tingkat terendah adalah cinta yang paling keji,
hina dan merusak rasa kemanusiaan. Karena itu ia adalah cinta rendahan.
Bentuknya beraneka ragam misalnya :
·
Cinta kepada thagut. Thagut adalah syetan, atau
sesuatu yang disembah selain Tuhan. Dalam surat Al Baqarah, Allah berfirman :
dan diantara manusia ada orang-orang yang menyembah tandingan-tandingan Allah;
mereka mencintainya sebagaimana mereka mencintai Allah. Adapun orang-orang yang
beriman amat sangat cintanya kepada Allah
·
Cinta berdasarkan hawa nafsu.
·
Cinta yang lebih mengutamakan kecintaan pada
orang tua, anak, istri, perniagaan dan
tempat tinggal
tempat tinggal
Menurut ibnu al-arabi
Menurut
pendapat Ibnu al-arabi (tokoh filosofo islam) mengenai rasa cinta. Ibnu
al-araby membagi cinta pada 3 tingkatan, yaitu:
·
Cinta Natural.
Cinta ini bersifat subjektif, kita lebih mementingkan keuntungan diri
sendiri. Contohnya, kita dapat mencintai seseorang karna dia telah menolong
kita, berbuat baik pada kita. Seperti cintanya seekor kucing pada majikannya
karna telah merawatnya.
·
Cinta Supranatural. Cinta ini brsifat objektif,
tanpa pamrih. dimana kita akan mencintai seseorang dengan tulus tanpa
mengharapkan timbal balik walau masih ada muatan subjektif. Contohnya seperti
cintanya seorang ibu pada anaknya, ia rela berkorban apapun dan bgaimanapun
caranya demi kebaikan anaknya walaupun tanpa ada balasan (rasa cinta) dari
anaknya tersebut. Pada tingkat inilah kita akan mulai memahami pepatah yang
menyabutkan “CINTA TAK HARUS MEMILIKI”
·
Cinta Ilahi. Inilah kesempurnaan dari rasa
cinta. Kita tidak hanya akan mendahulukan kepentingan objek yand kita cintai,.
Lebih dari itu, ketika kita telah mencapai tingkatan ini kita tidak akan lagi
melihat diri kita sebagai sesuatu yang kita miliki, penyerahan secara penuh,
sirnanya kepentingan pribadi. Kita merasa bahwa apapun yang kita miliki adalah
milik objek yang kita cintai.
Cinta Menurut Ajaran Agama
Dan di antara
manusia ada orang-orang yang menyembah tandingan-tandingan selain Allah; mereka
mencintainya sebagaimana mereka mencintai Allah. Adapun orang-orang yang
beriman sangat cinta kepada Allah.
“ Dan jika
seandainya orang-orang yang berbuat dzalim itu mengetahui ketika mereka melihat
siksa (pada hari kiamat), bahwa kekuatan itu kepunyaan Allah semuanya dan bahwa
Allah amat berat siksaan-Nya (niscaya mereka menyesal)” (2:165)
“
Dijadikan indah pada (pandangan) manusia kecintaan kepada apa-apa yang
diingini, yaitu: wanita-wanita, anak-anak, harta yang banyak dari jenis emas,
perak, kuda pilihan, binatang-binatang ternak dan sawah ladang. Itulah
kesenangan hidup di dunia dan di sisi Allah-lah tempat kembali yang baik
(surga)” (3:14)
Katakanlah:
“Jika kamu (benar-benar) mencintai Allah, ikutilah aku, niscaya Allah mengasihi
dan mengampuni dosa-dosamu.” Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.
(3:31)
“ Hai
orang-orang yang beriman, barang siapa di antara kamu yang murtad dari
agamanya, maka kelak Allah akan mendatangkan suatu kaum yang Allah mencintai
mereka dan mereka pun mencintai-Nya, yang bersikap lemah lembut terhadap orang
yang mukmin, yang bersikap keras terhadap orang-orang kafir, yang berjihad di
jalan Allah, dan yang tidak takut kepada celaan orang yang suka mencela. Itulah
karunia Allah, diberikan-Nya kepada siapa yang dikehendaki-Nya, dan Allah Maha
Luas (pemberian-Nya) lagi Maha Mengetahui” (5:54)
Katakanlah:
“Jika bapak-bapak, anak-anak, saudara-saudara, istri-istri, kaum keluargamu,
harta kekayaan yang kamu usahakan, perniagaan yang kamu khawatiri kerugiannya,
dan rumah-rumah tempat tinggal yang kamu sukai, adalah lebih kamu cintai
daripada Allah dan Rasul-Nya dan (dari) berjihad di jalan-Nya, maka tunggulah
sampai Allah mendatangkan keputusan-Nya.” Dan Allah tidak memberi petunjuk kepada
orang-orang fasik. (9:24)
“ Yang
demikian itu disebabkan karena sesungguhnya mereka mencintai kehidupan di dunia
lebih dari akhirat, dan bahwasanya Allah tiada memberi petunjuk kepada kaum
yang kafir” (16:107)
“ Dan
ketahuilah olehmu bahwa di kalangan kamu ada Rasulullah. Kalau ia menuruti
(kemauan) kamu dalam beberapa urusan benar-benarlah kamu akan mendapat
kesusahan tetapi Allah menjadikan kamu cinta kepada keimanan dan menjadikan
iman itu indah dalam hatimu serta menjadikan kamu benci kepada kekafiran,
kefasikan dan kedurhakaan. Mereka itulah orang-orang yang mengikuti jalan yang
lurus” (49:7)
(Juga) bagi
para fakir yang berhijrah yang diusir dari kampung halaman dan dari harta benda
mereka (karena) mencari karunia dari Allah dan keridaan (Nya) dan mereka
menolong Allah dan Rasul-Nya. Mereka itulah orang-orang yang benar.
Dan
orang-orang yang telah menempati Kota Madinah dan telah beriman (Ansar) sebelum
(kedatangan) mereka (Muhajirin), mereka mencintai orang yang berhijrah kepada
mereka. Dan mereka tiada menaruh keinginan dalam hati mereka terhadap apa-apa
yang diberikan kepada mereka (orang Muhajirin); dan mereka mengutamakan
(orang-orang Muhajirin), atas diri mereka sendiri. Sekalipun mereka memerlukan
(apa yang mereka berikan itu). Dan siapa yang dipelihara dari kekikiran
dirinya, mereka itulah orang-orang yang beruntung.
Dan
orang-orang yang datang sesudah mereka (Muhajirin dan Ansar), mereka berdoa:
“Ya Tuhan kami, beri ampunlah kami dan saudara-saudara kami yang telah beriman
lebih dahulu dari kami, dan janganlah Engkau membiarkan kedengkian dalam hati
kami terhadap orang-orang yang beriman; Ya Tuhan kami, sesungguhnya Engkau Maha
Penyantun lagi Maha Penyayang”.(59:8-10)
Kasih Sayang
Kasih sayang
adalah suatu kasih atau rasa belas kasihan yang tanpa pamrih. Kita akan
berusaha menolong sesorang yang kita kasihi dengan ikhlas. Itulah kelebihan
dari rasa kasih sayang.
Menurut kamus
umum bahasa Indonesia karangan W.J.S.Porwadarminta, kasih sayang adalah
perasaan sayang, perasaan cinta atau perasaan suka kepada seseorang. Jika kita
membicarakan rasa cinta kasih dari orang tua terhadap anaknya pasti tidak ada
akhirnya. Bayangkan saja sejak kita dilahirkan kedua orang tua sudah memberikan
cinta kasih yang terbaik kepada kita dan hingga saat ini. Sehingga ada sebutan
bahwa kasih orang tua tak terhingga sepanjang masa.
Dari cara
pemberian cinta kasih ini dapat dibedakan :
a. Orang
tua bersifat aktif, si anak bersifat pasif.
Dalam hal ini
orangtua memberikan kasih sayang terhadap anaknya baik berupa moral-materil
dengan sebanyak-banyaknya, dan si anak menerima saya, mengiyakan, tanpa
memberikan respon. Hal ini menyebabkan si anak takut, tidak mampu berdiri
sendiri di dalam masyarakat.
b. Orang
tua bersifat pasif, si anak bersifat aktif.
Dalam hal ini
si anak berlebih-lebihan memberikan kasih sayang terhadap orang tuanya, kasih
sayang ini diberikan secara sepihak, orang tua mendiamkan saja tingkah laku si
anak, tidak memberikan perhatian apa yang diperbuat si anak.
c. Orang
tua bersifat pasif, si anak bersifat pasif.
Di sini jelas
bahwa masing-masing membawa hidupnya, tingkah lakunyanya sendiri-sendiri, tanpa
saling memperhatikan. Kehidupan keluarga sangat dingin, tidak ada kasih sayang,
masing-masing membawa caranya sendiri, tidak ada tegur sapa jika tidak perlu.
Orang tua hanya memenuhi dalam bidang materi saja.
d. Orang
tua bersifat aktif, si anak bersifat aktif
Dalam hal ini
orang tua dan anak saling memberikan kasih sayang dengan sebanyak-banyaknya.
Sehingga hubungan antara orang tua dan anak sangat intim dan mesra, saling
mencintai, saling menghargai, saling membutuhkan.
Kemesraan
Kemesraan
berasal dari kata mesra yang berarti erat atau karib sehingga kemesraan berarti
hal yang menggambarkan keadaan sangat erat atau karib. Kemesraan sangat
berhubungan dengan cinta kasih, sebab ini adalah hasil nyata dari cinta kasih.
Kemesraan dapat diartikan sama dengan kekerabatan, keakraban yang dilandasi
rasa cinta dan kasih.
Kemesraan
merupakan perwujudan kasih sayang yang telah mendalam. Rasa kemesraan ini tidak
hanya dimiliki oleh sepasang suami istri, namun semua orang bisa mempunyai rasa
kemesraan.
Tingkatan
kemesraan dapat dibedakan berdasarkan umur, yaitu:
·
Kemesraan dalam Tingkat Remaja : terjadi dalam
masa puber atau genetal pubertas. Dimana remaja mempunyai kemesraan dengan
lawan jenisnya.
·
Kemesraan dalam Rumah Tangga : terjadi antara
pasangan suami istri dalam perkawinan.
·
Kemesraan Manusia Usia Lanjut : Kemesraan bagi
manusia berbeda dengan pada usia sebelumnya. Biasanya kemesraan dalam usia ini
lebih kepada menghabiskan waktu bersama-sama.
Pemujaan
Pemujaan
adalah dimana kita memuja atau mengagungkan sesuatu yang kita senangi. Pemujaan
dapat dilakukan dalam berbagai aspek seperti memuja pada leluhur, memuja pada
agama tertentu dan kepercayan yang ada. seperti pemujaan pada leluhur
adalah suatu kepercayaan bahwa para leluhur yang telah meninggal masih memiliki
kemampuan untuk ikut mempengaruhi keberuntungan orang yang masih hidup.
Pemujaan
terhadap Tuhan terdiri dari berbagai macam cara sesuai dengan agamanya. Namun
pemujaan juga bisa terjadi antara lawan jenis. Rasa kagum terhadap pasangan
kita sehingga kita selalu membangga – banggakannya, mengutamakannya, dan
membelanya. Hal ini sering terjadi khususnya pemujaan terhadap lawan jenis.
Belas Kasihan
Pengertian
Belas kasih (composian) adalah kebajikan di mana kapasitas emosional empati dan
simpati untuk penderitaan orang lain dianggap sebagai bagian dari cinta itu
sendiri, dan landasan keterkaitan sosial yang lebih besar dan humanisme-dasar
ke tertinggi prinsi-prinsip dalam filsafat, masyarakat, dan kepribadian .
Cara-cara
menumpahkan belas kasihan misalnya dengan membagi kasih kepadayatim piatu,
panti jompo, pengemis yang benar-benar tidak mampu bekerja, orang sakit di
rumah sakit, orang cacat, masyarakat kita yang hidup menderita dan sebagainya.
Caranya pun bermacam-macam bisa secara material atau dengan bantuan-bantuan
pengajaran (bagi anak-anak yang tidak mampu sekolah), pengabdian (merawat
orang-orang lansia) dan sebagainya.
Cinta Kasih dan Erotis
Erotis adalah
satu dari sekian banyak jenis cinta kasih. Cinta kasih erotis adalah cinta
kepada lawan jenis. Hal ini lebih cenderung kearah jatuh cinta dan
kemesraan. Dengan adanya rasa jatuh cinta akan menuju pada cinta kasih
erotis. Cinta kasih erotis ini tidak sdapat disamakan dengan jenis cinta kasih
lain, sebab dalam hal ini terdapat suatu ekslusifitas. Cinta kasih erotis ini
tidak hanya dimiliki oleh kaum muda tapi juga sepasang suami istri.
Cinta kasih
erotis apabila ia benar-benar cinta kasih, mempunyai satu pendirian, yaitu
bahwa seseorang sungguh-sungguh mencintai dan mengasihi dengan jiwanya yang
sedalam-dalamnya, dan menerima pribadi orang lain. Mencintai dan mengasihi
seseorang bukan hanya merupakan perasaan yang kuat. Melainkan merupakan suatu
putusan, suatu penilaian, suatu perjanjian.
Manusia
dan Keindahan
Keindahan adalah
sesuatu yang sangat menenangkan jika kita melihat ataupun memperhatikan.
membuat kita terkesima dan terpaku saat melihat dan memperhatikannya. Keindahan
sesuatu yang baik, sesuatu yang cantik dan sesuatu yang menenangkan serta
membuat kita nyaman.
Keindahan dapat
kita temui disekitar kita, dapat sebuah pemandangan, benda, hiasan dll.
Terkadang tidak semua sesuatu yang abstrak intu tidak indah. Contoh banyak
sekali lukisan yang bersifat “ABSTRAK” indah untuk dipandang. Tatkala kita
tercengan karena keindahan yang abstrak itu.
Keindahan itu sangat luas.
Keindahan dapat kita temui di segala penjuru, serta sudut-sudut yang terkadang
kita tak pernah sadar kalau disitu terdapat keindahan yang amazing.
Estetika adalah
salah satu cabang filsafat. Secara sederhana, estetika adalah ilmu yang
membahas keindahan, bagaimana ia bisa terbentuk, dan bagaimana seseorang bisa
merasakannya. Pembahasan lebih lanjut mengenai estetika adalah sebuah filosofi
yang mempelajari nilai-nilai sensoris, yang kadang dianggap sebagai penilaian
terhadap sentimen dan rasa. Estetika merupakan cabang yang sangat dekat dengan
filosofi seni.
Nilai Ekstrinsik
adalah sifat baik dari suatu benda sebagai alat atau sarana untuk sesuatu hal
lainnya (Instrumental/Contribution Value), yakni bersifat sebagai alat atau
membantu. Nilai Instrinsik adalah sifat baik dari benda yang bersangkutan, atau
suatu tujuan ataupun demi kepentingan benda itu sendiri.
Kontemplasi
adalah dasar dalam diri manusia untuk menciptakan sesuatu yang indah yang
merupakan suatu proses bermeditasi merenungkan atau berpikir penuh dan mendalam
untuk mencari nilai-nilai, makna, manfaat dan tujuan atau niat suatu hasil
penciptaan. Ekstansi adalah dasar dalam diri manusia untuk menyatakan,
merasakan dan menikmati sesuatu yang indah.
Renungan
Renungan berasal
dari kata renung; artinya diam-diam memikirkan sesuatu, atau memikirkan sesuatu
dengan dalam-dalam. Renungan adalah hasil merenung. Dalam merenung untuk
menciptakan seni ada beberapa teori. Teori-teori itu ialah :
a.
TEORI PENGUNGKAPAN
Dalil dari teori
ini ialah bahwa “Art is an expression of
human feeling” yaitu seni merupakan suatu pengungkapan dari perasaan
manusia. Teori ini terutama bertalian dengan apa yang dialami oleh seorang
seniman ketika menciptakan suatu karya seni. Tokoh teori ekspresi yang paling
terkenal ialah filsuf Italia Benedeto Croce (1886-1952) dengan karyanya yang
telah diterjemahkan kedalam bahasa Inggris “aesthetic
as Science of Expresion and General Linguistic”. Beliau antara lain
menyatakan bahwa “art is expression of
impressions” (Seni adalah pengungkapan dari kesan-kesan). Expression adalah
sama dengan intuition. Dan intuisi adalah pengetahuan intuitif yang diperoleh
melalui penghayatan tentang hal-hal individual yang menghasilkan gambaran
angan-angan (images).
Dengan demikian
pengungkapan itu berwujud sebagai gambaran angan-angan seperti misalnya images
wama, garis dan kata. Bagi seseorang pengungkapan berarti menciptakan seni
dalam dirinya tanpa perlu adanya kegiatan jasmaniah keluar. Pengalaman estetis
seseorang tidak lain adalah ekspresi dalam gambaran angan-angan.
b.
TEORI METAFISIK
Teori semi yang
bercorak metafisis merupakan salah satu teori yang tertua, yakni berasal dari
Plato yang karya-karya tulisannya untuk sebagian membahas estetik filsafati,
konsepsi keindahan dan teori seni.
Mengenai sumber
seni Plato mengemukakan suatu teori peniruan (imitation theory). Ini sesuai
dengan metafisika Plato yang mendalilkan adanya dunia ide pada taraf yang
tertinggi sebagai realita Ilahi. Pada taraf yang lebih rendah terdapat realita
duniawi ini yang merupakan cerminan semu dan mirip realita ilahi itu. Dan karya
seni yang dibuat manusia hanyalah merupakan mimemis (timan) dari realita
duniawi Sebagai contoh Plato mengemukakan ide Ke-ranjangan yang abadi dan indah
sempurna ciptaan Tuhan. Kemudian dalam dunia ini tukang kayu membuat ranjang
dari kayu yang merupakan ide tertinggi ke-ranjangan-an itu.
Dan akhirnya
seniman meniru ranjang kayu itu dengan menggambarkannya dalam sebuah lukisan.
Jadi karya seni adalah tiruan dari suatu tiruan lain sehingga bersifat jauh
dari kebenaran atau dapat menyesatkan. Karena itu seniman tidak mendapat tempat
sebagai warga dari negara Republik yang ideal menurut Plato.
c.
TEORI PSIKOLOGIS
Teori-teori
metafisis dari para filsuf yang bergerak diatas taraf manusiawi dengan
konsepsi-konsepsi tentang ide tertinggi atau kehendak semesta umumnya tidak memuaskan,
karena terlampau abstrak dan spekulatif. Sebagian ahli estetik dalam abad modem
menelaah teori-teori seni dari sudut hubungan karya seni dan alam pikiran
penciptanya dengan mempergunakan metode-metode psikologis.
Misalnya
berdasarkan psikoanalisa dikemukakan teori bahwa proses penciptaan seni adalah
pemenuhan keinginan-keinginan bawah sadar dari seseorang seniman. Sedang karya
seninya itu merupakan bentuk terselubung atau diperhalus yang diwujudkan keluar
dari keinginan-keinginan itu. Suatu teori lain tentang sumber seni ialah teori
permainan yang dikembangkan oleh Freedrick Schiller (1757-1805) dan Herbert
Spencer (1820-1903).
d.
TEORI KESERASIAN
Keserasian
berasal dari kata serasi dan dari kata dasar rasi, artinya cocok, kena benar,
dan sesuai benar. Kata cocok, kena dan sesuai itu mengandung unsur perpaduan,
pertentangan, ukuran dan seimbang.
Dalam pengertian perpaduan misalnya, orang
berpakaian hams dipadukan warnanya bagian atas dengan bagian bawah, atau
disesuaikan dengan kulitnya.
e.
TEORI OBYEKTIF DAN TEORI SUBYEKTIF
The Liang Gie dalam bukunya garis besar
estetika menjelaskan, bahwa dalam mencipta seni ada dua teori yakni teori
obyektif dan teori subyektif. Salah satu persoalan pokok dari teori keindahan
adalah mengenai sifat dasar dari keindahan. Apakah keindahan menampakan sesuatu
yang ada pada benda indah atau hanya terdapat dalam alarn pikiran orang yang
mengamati benda tersebut. Dari persoalan-persoalan tersebut lahirlah dua
kelompok teori yang terkenal sebagai teori obyektif dan teori subyektif.
Pendukung teori
obyektif adalah Plato, Hegel dan Bernard Bocanquat, sedang pendukung teori
subyektif ialah Henry Home, Earlof Shaffesbury, dan Edmund Burke. Teori
obyektif berpendapat, bahwa keindahan atau ciri-ciri yang mencipta nilai estetik
adalah sifat (kualitas) yang memang telah melekat pada bentuk indah yang
bersangkutan, terlepas dari orang yang mengamatinya.
Pengamatan orang
hanyalah mengungkapkan sifat-sifat indah yang sudah ada pada sesuatu benda dan
sama sekali tidak berpengaruh untuk menghubungkan. Yang menjadi masalah ialah
ciri-ciri khusus manakah yang membuat sesuatu benda menjadi indah atau dianggap
bernilai estetik, salah satu jawaban yang telah diberikan selama berabad-abad
ialah perimbangan antara bagian-bagian dalam benda indah itu. Pendapat lain
menyatakan, bahwa nilai estetik itu tercipta dengan terpenuhinya asas-asas
tertentu mengenai bentuk pada sesuatu benda.
Teori subyektif,
menyatakan bahwa ciri-ciri yang menciptakan keindahan suatu benda itu tidak
ada, yang ada hanya perasaan dalam din seseorang yang mengamati sesuatu benda.
Adanya keindahan semata-mata tergantung pada pencerapan dari si pengamat itu.
Kalaupun dinyatakan bahwa sesuatu benda mempunyai nilai estetik, maka hal itu
diartikan bahwa seseorang pengamat memperoleh sesuatu pengalaman estetik
sebagai tanggapan terhadap benda indah itu. Yang tergolong teori subyektif
ialah yang memandang keindahan dalam suatu hubungan di antara suatu benda
dengan alam pikiran seseorang yang mengamatinya seperti misalnya yang berupa
menyukai atau menikmati benda itu.
f.
TEORI PERIMBANGAN
Teori obyektif
memandang keindahan sebagai suatu kualitas dari benda-benda. Kualitas bagaimana
yang menyebabkan sesuatu benda disebut indah telah dijawab oleh bangsa Yunani
Kuno dengan teori perimbangan yang bertahan sejak abab 5 sebelum Masehi sampai
abab 17 di Eropa. Sebagai contoh bangunan arsitektur Yunani Kuno yang berupa
banyak tiang besar.
Manusia Dan Penderitaan
Penderitaan
Penderitaan
berasal dari kata derita. Kata derita berasal dari bahasa sansekerta dhra
artinya menahan atau menanggung. Derita artinya menanggung atau merasakan
sesuatu yang tidak menyenangkan. Penderitaan itu dapat berupa penderitaan lahir
atau batin, atau lahir batin.
Penderitaan
termasuk realitas dunia dan manusia. Intensitas penderitaan bertingkat-tingkat,
ada yang berat ada juga yang ringan. Namun peranan individu juga menentukan
berat-tidaknya intensitas penderitaan. Suatu peristiwa yang dianggap
penderitaan oleh seseorang belum tentu merupakan penderitaan bagi orang lain.
Dapat pula suatu penderitaan merupakan energi untuk bangkit bagi seseorang,
atau sebagai langkah awal untuk mencapai kenikmatan dan kebahagiaan.
Siksaan
Siksaan dapat
diartikan sebagai siksaan badan atau jasmani, dan dapat juga berupa siksaan jiwa
atau rokhani .Akibat yang ditimbulkan dari siksaan timbulah penderitaan. Siksaan
yang dialami manusia dalam kehidupa sehari-hari banyak tejadi dan banyak dibaca
di beragai media massa.
Siksaan yang
sifatnya psikis antara lain adalah :
1) Kebimbangan : Kebimbangan dialami oleh
seseorang apabila ia pada suatu saat tidak dapat menentukan pilihan mana yang
akan diambil. Akibat dari kebimbangan, seseorang berada dalam keadaan yang
tidak menentu, sehingga ia merasa tersiksa dalam hidupnya saat itu.
2) Kesepian : Kesepian dialami
oleh seseorang merupakan rasa sepi dalam dirinya sendiri atau jiwanya walaupun
ia dalam lingkungan ramai. Kesepian ini tidak boleh dicampur adukan dengan
keadan sepi seperti yang dialami oleh petapa yang tinggal dilingkungan sepi. Kesepian
juga merupaan bentuk siksaan yang dapat dialami oleh seseorang.
3) Ketakutan : Ketakutan merupakan
bentuk lain yang menyebabkan seseorang mengalami siksaan batin. Bila rasa takut
itu di besar-besarkan yang tidak pada tempatnya ,maka disebut sebagai phobia. Pada umumnya orang memiliki satu
atau dua phobia ringan seperti takut pada tikus, cicak, kecoa, dll. Tetapi pada
sebagian orang ketakutan itu sedemikian hebatnya sehingga sangat mengganggu .
Sebab seseorang
merasa ketakutan :
a. Claustrophobia
dan Agoraphobia : Claustrophobia
adalah rasa takut terhadap ruangan tertutup. Sedangkan Agoraphobia adalah
Ketakutan yang disebabkan seseorang berada di ruangan terbuka.
b. Gamang :
Gamang merupakan ketakutan bila seseorang berada di tempat yang tinggi. Hal itu
disebabkan, karena ia takut akibat berada di tempat tinggi.
c. Kegelapan :
Merupakan suatu ketakutan seseorang bila ia berada di tempat gelap. Sebab dalam
pikirannya dalam tempat gelap akan muncul sesuatu yang ditakuti seperti setan,
pencuri, dll. Orang yag demikian selalu menghendaki agar ruangan tempat
tidur dalam keadaan terang.
d. Kesakitan :
Merupakan ketakutan yang disebakan oleh rasa sakit yang dialami.seseorang yang
takut diinjeksi sudah berteriak-teriak sebelum jarum injeksi ditusukkan kedalam
tubuhnya. Hal itu disebabkan karna dalam pikirannya semuanya akan menimbulkan
kesakitan.
e. Kegagalan :
Merupakan ketakutan dari seseorang yang disebabkan karena merasa bahwa apa yang
akan dijalankan mengalami kegagalan.
Kekalutan Mental
Penderitaan
batin dalam ilmu psikologi dikenal dengan kekalutan mental. Kelalutan mental
adalah gangguan kejiwaan akibat kemampuan seseorang tidak dapat menghadapi
masalahya. Gejala-gejala permulaan bagi seseorang yang mengalami kekalutan
mental adalah :
·
Nampak pada jasmani yang sering pusing, sesak
napas, demam, nyeri pada lambung.
·
Nampak pada kejiwaanya rasa cemas, kekalutan,
apatis, cemburu, mudah marah.
Tahap-tahap
gangguan kejiwaan adalah :
·
Gangguan kejiwaan terlihat dalam kehidupan
sehari-harinya baik jasmani maupun rohani.
·
Usaha mempertahankan diri dengan cara negative.
·
Kekalutan merupaka titik patah dan yang
bersangkutan mengalami gangguan.
Sebab-sebab timbulnya kekalutan,
dapat disebutkan antara lain sebagai berikut :
·
Kepribadian yang lemah.
·
Terjadinya konflik social budaya.
·
Cara pematangan batin.
Proses-proses kelautan mental
yang dialami seseorang mendorongnya kearah :
·
Positif, trauma yang dialami dapat dilewati
dengan baik untuk tetap survive menjalani hidup.
·
Negative, trauma yang dialami berlarut-larut
sehingga dia mengalami frustasi, yaitu tekanan batin akibat tidak tercapainya
apa yang diinginkan. Bentuk frustasi antara lain :
Ø
Agresi
Ø
Regresi
Ø
Fiksasi
Ø
Proyeksi
Ø
Identifikasi
Ø
Narsisme
Ø
Autism
Penderitaan
Penderitaan yang
muncul karena perbuatan buruk
Penderitaan yang
muncul karena perbuatan buruk manusia disebabkan hubungan antara manusia dengan
lingkungan sekitarnya baik dengan antar sesama manusia ataupun dengan alam. Penderitaan
ini dapat muncul karena ketidak harmonisan antara elemen satu dengan yang
lainnya. contohnya pada hubungan dalam bermasyarakat, ada kalanya didalam
bermasyarakat terdapat perbedaan pendapat yang dapat menimbulkan perselisihan
diantara satu dengan yang lainnya, hal ini bisa saja mengakibatkan timbulnya
rasa dengki, marah, bahkan saling menuduh atau menjelek-jelekan. dari sinilah
penderitaan muncul karena perbuatan saling tidak menyukai tersebut.
Dalam hal ini,
penderitaan yang dialami adalah penderitaan secara batin karena terdapat rasa
sakit hati apabila ada seseorang yang menjelek-jelekan bahkan rasa itu bisa
saja semakin sakit apabila sudah terjadi pertengkaran yang membuat hubungan
didalam masyarakat sudah tidak ada rasa nyaman dan aman.
Selain karena
ketidak harmonisan dengan sesama, ketidak harmonisan dengan alam juga dapat
membawa penderitaan. Contohnya apa yang sedang terjadi saat ini yaitu bencana
alam terjadi dimana-mana. karena kesalahan manusia terhadap alam lah yang
membuat alam menjadi tidak bersahabat lagi dengan manusia maka muncul lah
penderitaan pada setiap orang yang terkena bencana alam.
Penderitaan yang
dialami adalah penderitaan secara fisik dan batin, karena mereka yang terkena
bencana alam harus rela kehilangan harta benda bahkan keluarga mereka.
Penderitaan yang muncul karena suatu penyakit/siksaan
Penderitaan
manusia dapat juga terjadi akibat penyakit atau siksaan / azab Tuhan. Namun
kesabaran, tawakal, dan optimism dapat merupakan usaha manusia untuk mengatasi
penderitaan itu. Banyak contoh kasus penderitaan semacam ini dialami manusia.
Beberapa kasus penderitaan dapat diungkapkan
berikut ini : Seorang anak lelaki buta sejak diahirkan, diasuh dengan tabah
oleh orang tuanya. Ia disekolahkan, kecerdasannya luar biasa. Walaupun ia tidak
dapat melihat dengan mata hatinya terang benderang. Karena kecerdasannya, ia
memperoleh pendidikan sampai di universitas dan akhirnya memperoleh gelar
doctor di Universitas Sourbone Perancis. Dia adalah Prof.Dr. Thaha Husen, guru
besar Universitas di Kairo, Mesir.
Manusia Dan Keadilan
Keadilan
Menurut Kamus
Besar Bahasa Indonesia, kata adil berarti tidak berat sebelah atau tidak
memihak atau sewenang-wenang, sehingga keadilan mengandung pengertian sebagai
suatu hal yang tidak berat sebelah atau tidak memihak atau sewenang-wenang.
Keadilan adalah
pengakuan dan perlakuan yang seimbang antara hak dan kewajiban. Jika kita
mengakui hak hidup kita, maka sebaliknya kita wajib mempertahankan hak hidup
dengan bekerja keras tanpa merugikan orang lain. Hal ini disebabkan olerh
karena orang lain pun mempunyai hak hidup seperti kita. Jika kita pun mengakui
hak hidup orang lain, kita wajib memberikan kesempatan kepada orang lain untuk
mempertahankan hak hidupmereka sendiri. Jadi, keadilan pada pokoknya terletak
pada keseimbangan atau keharmonisan antara menuntut hak, dan menjalankan
kewajiban.
Berbagai Macam Keadilan
1.
Keadilan legal
atau keadilan moral
Plato berpendapat
bahwa keadilan dan hukum merupakan substansi rohani umum dari masyarakat yang
membuat dan menjadi kesatuannya. Dalam masyarakat yang adil setiap orang
menjalankan pekerjaan menurut sifat dasarnya paling cocok baginya (the man
behind the gun). Pendapat Plato itu disebut keadilan moral, sedangkan oleh yang
lainnya disebut keadilan legal
2.
Keadilan
distributive
Aristotele
berpendapat bahwa keadilan akan terlaksana bilamana hal-hal yang sama
diperlakukan secara sama dan hal-hal yang tidak sama diperlakukan tidak sama
(justice is done when equels are treated equally).
3.
Keadilan
komutatif
Keadilan ini bertujuan untuk memelihara
ketertiban masyarakat dan kesejahteraan umum.Bagi Aristoteles pengertian
keadilan ini merupakan asas pertalian dan ketertiban dalam masyarakat. Semua
tindakan yang bercorak ujung ekstrem menjadikan ketidakadilan dan akan merusak
atau bahkan menghancurkan pertalian dalam masyarakat
Kejujuran
Kejujuran atau jujur artinya apa-apa yang
dikatakan seseorang sesuai dengan hati nuraninya, apa yang dikatakan sesuai
dengan kenyataan yang ada. Sedang kenyataan yang ada itu adalah kenyataan yang
benar-benar ada.
Jujur juga berarti seseorang bersih hatinya
dari perbuatan-perbuatan yang dilarang oleh agama dan hukum. Untuk itu dituntut
satu kata dan perbuatan, yang berarti bahwa apa yang dikatakan harus sama
dengan perbuatannya. Karena itu jujur berarti juga menepati janji atau
kesanggupan yang terlampir melalui kata-kata ataupun yang masih terkandung
dalam hati nuraninya yang berupa kehendak, harapan dan niat.
Kecurangan
Kecurangan atau curang identik dengan
ketidakjujuran atau tidak jujur, dan sama pula dengan licik, meskipun tidak
serupa benar. Curang atau kecurangan artinya apa yang diinginkan tidak sesuai
dengan hari nuraninya atau, orang itu memang dari hatinya sudah berniat curang
dengan maksud memperoleh keuntungan tanpa bertenaga dan berusaha.
Kecurangan menyebabkan orang menjadi serakah,
tamak, ingin menimbun kekayaan yang berlebihan dengan tujuan agar dianggap
sebagai orang yang paling hebat, paling kaya, dan senang bila masyarakat
disekelilingnya hidup menderita. Bermacam-macam sebab orang melakukan kecurangan.
Ditinjau dari hubungan manusia dengan alam sekitarnya, ada 4 aspek yaitu aspek
ekonomi, aspek kebudayaan, aspek peradaban dan aspek teknik. Apabila keempat
asepk tersebut dilaksanakan secara wajar, maka segalanya akan berjalan sesuai
dengan norma-norma moral atau norma hukum. Akan tetapi, apabila manusia dalam
hatinya telah digerogoti jiwa tamak, iri, dengki, maka manusia akan melakukan
perbuatan yang melanggar norma tersebut dan jadilah kecurangan.
Pemulihan nama baik
Nama baik merupakan tujuan utama orang hidup.
Nama baik adalah nama yang tidak tercela. Setiap orang menajaga dengan
hati-hati agar namanya baik. Lebih-lebih jika ia menjadi teladan bagi
orang/tetangga disekitarnya adalah suatu kebanggaan batin yang tak ternilai
harganya. Penjagaan nama baik erat hubungannya dengan tingkah laku atau
perbuatan. Atau boleh dikatakan bama baik atau tidak baik ini adalah tingkah
laku atau perbuatannya.
Yang dimaksud dengan tingkah laku dan
perbuatan itu, antara lain cara berbahasa, cara bergaul, sopan santun, disiplin
pribadi, cara menghadapi orang, perbuatn-perbuatan yang dihalalkan agama dan
sebagainya. Pada hakekatnya pemulihan nama baik adalah kesadaran manusia akan
segala kesalahannya; bahwa apa yang diperbuatnya tidak sesuai dengan ukuran
moral atau tidak sesuai dengan ahlak yang baik. Untuk memulihkan nama baik
manusia harus tobat atau minta maaf. Tobat dan minta maaf tidak hanya dibibir,
melainkan harus bertingkah laku yang sopan, ramah, berbuat darma dengan memberikan
kebajikan dan pertolongan kepaa sesama hidup yang perlu ditolong dengan penuh
kasih sayang , tanpa pamrin, takwa terhadap Tuhan dan mempunyai sikap rela,
tawakal, jujur, adil dan budi luhur selalu dipupuk.
Pembalasan
Pembalasan ialah suatu reaksi atas perbuatan
orang lain. Reaksi itu dapat berupa perbuatan yang serupa, perbuatan yang
seimbang, tingkah laku yang serupa, tingkah laku yang seimbang. Pembalasan
disebabkan oleh adanya pergaulan. Pergaulan yang bersahabat mendapat balasan
yang bersahabat. Sebaliknya pergaulan yagn penuh kecurigaan menimbulkan balasan
yang tidak bersahabat pula.
Pada dasarnya, manusia adalah mahluk moral dan
mahluk sosial. Dalam bergaul manusia harus mematuhi norma-norma untuk
mewujudkan moral itu. Bila manusia berbuat amoral, lingkunganlah yang
menyebabkannya. Perbuatan amoral pada hakekatnya adalah perbuatan yang
melanggar atau memperkosa hak dan kewajiban manusia.
Oleh karena itu manusia tidak menghendaki hak
dan kewajibannya dilanggar atau diperkosa, maka manusia berusaha mempertahankan
hak dan kewajibannya itu. Mempertahankan hak dan kewajiban itu adalah
pembalasan.
Manusia Dan Pandangan Hidup
Pandangan Hidup
Setiap manusia pasti mempunyai pandangan hidup. Sedangkan
pandangan hidup itu sendiri bersifat kodrati. karena itu menentukan masa depan
setiap manusia. Untuk itu perlu dijelaskan pula apa arti pandangan hidup itu
sendiri.
Pandangan hidup adalah pendapat atau pertimbangan yang dijadikan
pegangan, pedoman, arahan, dan petunjuk hidup di dunia. Pendapat atau pertimbangan
itu sendiri merupakan hasil pemikiran manusia berdasarkan pengalaman sejarah
menurut waktu dan tempat hidupnya.
Pandangan hidup itu banyak sekali macam dan ragamnya. Dapat
diklasifikasikan berdasarkan asalnya ada 3 macam, yaitu :
1) Pandangan hidup yang berasal dari agama yaitu pandangan hidup yang
mutlak kebenarannya.
2) Pandangan hidup yang berupa ideologi yang disesuaikan dengan
kebudayaan dan norma yang terdapat pada negara tersebut.
3) Pandangan hidup hasil renungan yaitu pandangan hidup yang relatif kebenarannya.
Cita-cita
Cita-cita adalah keinginan, harapan dan tujuan yang selalu ada
dalam pikiran. Itu semua merupakan yang harus diperoleh seseorang pada masa
mendatang. Apabila cita-cita itu tidak bisa terpenuhi, maka cita-cita itu
sendiri di sebut dengan angan-angan. Diantara masa sekarang yang merupakan
realita dengan masa yang akan datang sebagai ide atau cita-cita terdapat jarak
waktu. Ada 3 faktor yang mempengaruhi untuk mencapai cita-cita tersebut, yaitu
:
1) Faktor Manusia, tergantung dari dirinya sendiri apa dia mau
mencapai cita-citanya atau tidak. Dan harus dilakukan dengan usaha nya sendiri.
2) Faktor kondisi, sesuai kondisi yang sedang dia rasakan. Apa dia
bisa menempati sesuai kondisi yang dia alami atau tidak.
3) Faktor tingginya cita-cita, semakin tinggi cita-cita kita semakin
besar pula usaha yang harus kita lakukan tergantung apa cita-cita yang kita
inginkan.
Kebajikan
Kebajikan atau perbuatan yang mendatangkan kebaikan pada
hakekatnya sama dengan perbuatan moral, perbuatan yang sesuai dengan norma
agama dan etika. Manusia berbuat baik karena menurut kodratnya manusia itu
baik, makhluk yang bermoral dan beretika. Atas dorongan suara hatinya cenderung
manusia untuk berbuat kebaikan.
Manusia merupakan makhluk sosial yang artinya : manusia yang hidup
bermasyarakat, manusia yang saling membutuhkan satu dengan yang lainnya,
manusia saling tolong menolong dan saling menghargai sesama umat manusia.
Sebaliknya pula manusia saling mencurigai, saling membenci, saling merugikan,
dan sebagainya.
Ada 3 hal faktor-faktor yang menentukan tingkah laku setiap
manusia, yaitu :
1) Faktor pembawaan (heriditas) yang telah ditentukan pada waktu
seseorang masih dalam kandungan.
2) Faktor lingkungan dimana mereka tinggal dan hidup dalam lingkungan
yang baik maupun tidak baik.
3) Faktor pengalaman yang khas yang pernah dialami sewaktu dia mulai
hidup dan hingga sampai dewasa.
Usaha / Perjuangan
Usaha atau perjuangan adalah kerja keras untuk mewujudkan suatu
cita-cita yang di inginkan. Setiap manusia harus bekerja keras demi
kelangsungan hidupnya. Sebagian hidup manusia adalah usaha atau perjuangan.
Perjuangan untuk hidup itu sudah kodrat manusia, tanpa usaha atau perjuangan
manusia tidak dapat hidup sempurna. Bila kita menginginkan sukses kunci nya
kita harus berusaha dan berdoa. Berusaha dalam artian belajar dengan tekun,
rajin dan giat.
Kerja keras itu dapat dilakukan dengan otak atau ilmu maupun
dengan tenaga atau jasmani. Untuk bekerja keras manusia dibatasi oleh kemampuan
karena kemampuan terbatas itulah menjadi tolak ukur setiap kemakmuran antara
manusia yang satu dengan manusia yang lainnya. Kemampuan itu terbatas pada
fisik dan keahlian atau keterampilan dari manusia itu sendiri.
Keyakinan / Kepercayaan
Keyakinan atau kepercayaan yang menjadi dasar pandangan hidup berasal
dari akal atau kekuasaan Allah. Menurut Prof. Dr. Harun Nasution, ada 3 aliran
filsafat yaitu :
1) Aliran Naturalisme :
Hidup manusia itu dihubungkan dengan kekuatan gaib yang merupakan kekuatan
tertinggi. Kekuatan gaib itu dari natur dan itu dari Allah.
2) Aliran Intelektualisme : Dasar aliran ini adalah logika atau akal.
Manusia mengutamakan akal dan dengan akal manusia berpikir.
3) Aliran Gabungan :
Dasar aliran ini adalah kekuatan gaib dan juga akal. Kekuatan gaib misalnya
kekuatan yang berasal dari Allah dan percaya adanya allah sebagai dasar
keyakinan.
Langkah-Langkah Berpandangan Hidup yang Baik
Setiap manusia pasti mempunyai pandangan hidup yang berbeda walau
bagaimanapun bentuknya. Bagaimanapun bentuk suatu pandangan hidup itu
tergantung pada diri kita sendiri. Ada yang memperlakukan pandangan hidup itu
sebagai sarana untuk mencapai tujuan dan ada juga yang memperlakukannya sebagai
penimbul kesejahteraan, ketentraman dan sebagainya.
Pandangan hidup sebagai sarana untuk mencapai tujuan dan cita-cita
dengan baik. Adapun langkah-langkahnya sebagai berikut :
1.
Mengenal : merupakan suatu kodrat manusia yaitu
merupakan tahap pertama dari setiap aktivitas hidupnya yang dalam jalan ini
mengenal apa itu pandangan hidup.
2.
Mengerti : tahap kedua untuk berpandangan hidup yang
baik adalah mengerti. mengerti disini dimaksudkan mengerti terhadap pandangan
hidup itu sendiri.
3.
Menghayati : dengan menghayati pandangan hidup kita
memperoleh gambaran yang tepat dan benar mengenai kebenaran pandangan hidup itu
sendiri.
4.
Meyakini : dengan meyakini berarti secara
langsung ada penerimaan yang ikhlas terhadap pandangan hidup itu.
5.
Mengabdi : sesuatu hal yang penting dalam
menghayati dan meyakini sesuatu yang telah dibenarkan dan diterima baik oleh
dirinya lebih-lebih oleh orang lain.
6.
Mengamankan : langkah yang terakhir ini merupakan
langkah terberat dan benar-benar membutuhkan iman yang teguh dan kebenaran
dalam menanggulangi segala sesuatu demi tegaknya pandangan hidup itu.
No comments:
Post a Comment